Waktunya
Telah Tiba
Ada seorang murid yang bertanggung jawab untuk menyeduh dan menyajikan teh
buat gurunya. Gurunya mempunyai teko antik yang bernilai tinggi, yang sangat
disukai gurunya. Pada suatu hari, mungkin karena dia terlalu larut dalam semedi
dan tungkainya menjadi lemah, sang murid dengan ceroboh memecahkan teko
tersebut. Dia kaget hingga setengah mati, dan sama sekali tidak mempunyai
gagasan tentang bagaimana akan menjelaskan kepada gurunya. Tibalah waktu untuk
menyajikan teh, dan murid tersebut berdiri terpelongoh, tidak tahu apa yang
harus diperbuat. Akhirnya, dia memperoleh suatu jalan yg pintar utk
menyelamatkan dirinya! Merapikan bajunya, dan dia menuju ke dalam, berlutut
pada gurunya dengan tata-krama dan berkata: "Guru, aku punya masalah
besar, yang telah menimbulkan banyak beban dalam pikiranku. Aku ingin bertanya
pada guru tentang masalah ini sejak lama; tetapi tidak berani melakukannya,
khawatir aku akan menimbulkan masalah buat guru. Aku ragu apakah aku perlu
bertanya pada guru hari ini." Gurunya berkata: "Tentu saja kamu dapat
bertanya. Kenapa tidak kamu tanyakan segera? Kamu datang ke sini utk mengikuti
guru karena itu kamu perlu bertanya!" Jadi murid tsb bertanya, "Guru!
Kenapakah setiap kematian diikuti dengan kelahiran? Kenapakah mesti ada
kematian? Guru dan aku, apakah kita akan mati juga? Kita adalah praktisi
rohani, dan begitu tulus, apakah kita masih akan mati?" Gurunya berkata,
"Oh, tentu saja! Buddha Shakyamuni, Yesus, Konfusius dan Lau Zi, semuanya
juga harus mati. Di mana ada kelahiran, di situ mesti ada kematian!" Lalu
murid tsb melanjutkan pertanyaannya: "Adakah terdapat suatu pengecualian
bagi sesuatu yang tidak akan mati?" Gurunya berkata: "Tentu saja
tidak! Kematian mesti diikuti dgn kelahiran. Jika waktunya telah tiba, kematian
pasti akan terjadi!" Lalu murid tsb berdiri dan berkata: "Aku
melaporkan pada guru, waktunya telah tiba untuk teko guru hari ini!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar